Sungai Serayu adalah legenda. Sungai besar di Jawa Tengah
yang berhulu di Bimalukar Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Banjarnegara itu membelah kota dan
perkampungan disepanjang wilayah Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, dan Cilacap.
Pesona sungai Serayu pernah dikenalkan melalui lagu oleh komponis Soeteja. Keindahannya digambarkan sebagai berikut :
”Di tepinya sungai Serayu. Waktu fajar menyingsing. Warna airmu berkilauan. Nyiur
melambai-lambai. Gunung Slamet yang indah. Tampak jauh di sana. Bagai lambang
kemakmuran tirta kencana...”
Bagai takdir alam yang selalu bermata dua. Keindahan Serayu yang memesona setiap musim penghujan membawa bencana banjir dan tidak jarang menyeret korban jiwa. Kerugian pernah dilaporkan jurnalis Wahyu Mandoko pada 2001 menelan angka puluhan miliar rupiah akibat rusaknya rumah penduduk, lahan pertanian, jalan dan jembatan serta sarana kepentingan umum lainnya. (suarapembaruan.com)
Pesona sungai Serayu pernah dikenalkan melalui lagu oleh komponis Soeteja. Keindahannya digambarkan sebagai berikut :
”Di tepinya sungai Serayu. Waktu fajar menyingsing. Warna airmu berkilauan. Nyiur
melambai-lambai. Gunung Slamet yang indah. Tampak jauh di sana. Bagai lambang
kemakmuran tirta kencana...”
Bagai takdir alam yang selalu bermata dua. Keindahan Serayu yang memesona setiap musim penghujan membawa bencana banjir dan tidak jarang menyeret korban jiwa. Kerugian pernah dilaporkan jurnalis Wahyu Mandoko pada 2001 menelan angka puluhan miliar rupiah akibat rusaknya rumah penduduk, lahan pertanian, jalan dan jembatan serta sarana kepentingan umum lainnya. (suarapembaruan.com)
Kisah sedih Serayu pernah dilaporkan pula berabad silam
dalam buku babad (sejarah) Bandjir Serajoe Banjoemas tahun 1582. Dimana ditulis
dengan kalimat bahasa Jawa “ana utjeng mentjlok ing manggar atau (ada uceng (sejenis ikan)
hinggap di manggar (mayang kelapa)". Ungkapan itu menunjukkan bahwa banjir
pada tahun 1582 pernah terjadi dengan genangan setinggi pohon kelapa.
Sungai yang selalu berair keruh apabila usai hujan ini
menandakan bahwa ada problem lingkungan hidup atau kerusakan konservasi pada
kanan-kiri daerah hulu. Banyak pihak seharusnya lebih peduli memelihara
kelestarian lingkungan, membudayakan program kali bersih, dan mengusahakan
pertanian yang mempertimbangkan ambang mutu lingkungan.
Moda penyeberangan perahu di Dukuh Winangan Pucang - Banjarnegara (foto doc. sagiyo) |
Entah keganasan atau pesona Serayu yang masih terekam
diingatan masyarakat, tapi sepatutnya andil besar Serayu dalam produksi pangan,
energi kelistrikan, moda angkutan tradisional dan wisata berbasis sungai di
Jawa Tengah sudah cukup untuk memberinya perhatian dan kasih sayang sebagaimana warisan bagi anak
cucu kita.
Koreksi Mas, Banjir Besar Serayu bukan 1582 M. Tapi tahun 1861 M. Tanggalnya 21-22-23 Pebruari 1861. Bupati Banyumas saat itu Cakranegara I.(1832 - 1864 M).
BalasHapusSalam.