Bupati Soemitro & istri. |
Kehidupan Bupati Soemitro tidak
bisa dilepaskan dari nilai-nilai kesederhanaan. Sebelum berkelana jauh ke Eropa
semasa belia pada usia 20-an, pola hidup bersahaja sudah ditanamkan kuat oleh kedua
orang tuanya sejak kecil di rumah.
Ia mengakui dalam biografinya,
“Dari kecil mula saya oleh orang tuaku dididik untuk selalu hidup sesederhana
mungkin, tidak menghiraukan pangkat-pangkat yang tinggi, tidak menghiraukan
turunan bangsawan, tidak menghiraukan pujian, tidak menghiraukan popularitas
yang kosong, partai-partai dan ormas-ormas, dan lainnya bersama-sama Pak Kromo
di Pedusunan, Mbok Bikah dan Mbok Sarwinem diwarung kecil, dan
pedagang-pedagang pasar di desa. Mereka semua itu adalah Saudaraku.”
Tidak jarang saat turba di wilayah
Bupati Soemitro beristirahat tengah hari dengan makan minum bersama kelompok
masyarakat yang tengah sibuk gotong royong. Tidak sungkan makan dan minum di
tanggul ataau jalan yang sedang dibikin atau dekat saluran irigasi yang baru
digali.
Kedekatan yang sangat antara
pejabat tinggi dan masyarakat dimaksudkan untuk mematahkan mitos sakral jabatan.
“Ada yang berkata, itu tidak sesuai dengan kedudukan seorang pegawai tinggi,
dan akan memerosot kedudukan seorang pegawai tinggi, dan akan memerosotkan
prestise seorang pembesar?” Ia mengutip keraguan kalangan kolot.
Menurutnya, hal itu tidak benar. “Tidak,
pada mulanya cara kekerjasama begitu memang dulunya dianggap aneh oleh rakyat
jelata dan kaum feodal. Sekarang dimasa ‘civic mission’ anggapan kolot itu
telah berkurang atau lenyap. Sebaliknya, rasa persaudaraan dan saling percaya
dengan perlahan-lahan mulai bertambah dan berkembang.”
Baginya, memang pekerja kasar
seperti memikul batu atau tanah, masuk keselokan untuk mengatur air supaya
sawahnya subur, atau mencangkul di tegalan, adalah pekerjaan yang phisiknya
kotor, tapi mentalnya bersih. Berlainan sekali dengan menjalankan pekerjaan
profesi secara cakap, ahli dan halus, tapi mudah muncul manipulasi-manipulasi
yang ditunjukan ke korupsi yang bermacam-macam.
Era kepemimpinan Soemiitro Kolopaking sudah setengah abad berlalu. Namun hidup bersahaja yang dicontohkannya masih relevan untuk diteladani kaum muda, masyarakat dan kalangan pegawai pemerintah utamanya para pejabat.
Era kepemimpinan Soemiitro Kolopaking sudah setengah abad berlalu. Namun hidup bersahaja yang dicontohkannya masih relevan untuk diteladani kaum muda, masyarakat dan kalangan pegawai pemerintah utamanya para pejabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar