Gunungan Hari Jadi (doc. Humas) |
Kirab Gunungan merupakan salah satu ciri khas yang menandai Kirab Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara yang berlangsung setiap tanggal 22 Agustus. Gunungan
berisi makanan, aneka jajan pasar, dan bermacam hasil bumi tersebut dibawa bersama
iring-iringan kirab. Kirab merupakan simbolik perpindahan dari ibu kota lama Banjarwatulembu
(kini Desa Banjarkulon) ke Kota Banjarnegara semasa Bupati Pertama KRT. Dipayuda IV (1831-1846). Kirab diikuti Bupati dan jajaran pejabat daerah baik sipil maupun militer sebagai penanda bedol kadipaten ke pusat pemerintahan baru yang lebih strategis.
Ritual gunungan makanan agaknya mereferensi tradisi
grebeg di Keraton Yogyakarta yang sudah dimulai semenjak Sri Sultan Hamengku
Buwono I (1755-1792).Di Keraton Yogyakarta gunungan grebeg berjumlah delapan,
yakni (gunungan dharat, gepak, bromo, lanang, wadon, pawuhan (Jogjatrip.com). Sedangkan pada saat Kirab Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara ada tiga gunungan, yakni
gunungan berisi aneka makanan dan jajan pasar, aneka jenis sayur mayur, buah-buahan dan hasil bumi
lainnya. Keberadaan gunungan-gunungan tersebut merupakan simbol atau cita-cita kemakmuran (gemah ripah loh jinawi) bumi Banjarnegara
yang akan dipersembahkan oleh pemerintahan kepada segenap rakyat.
Kirab Hari Jadi dari kota lama menempuh jarak
sekitar 7 km. Melintasi perdesaan sejuk dan jembatan yang membentang diatas sungai Merawu dan sungai Serayu. Iringan
rombongan menggunakan delman atau dokar yang ditarik kuda. Perjalanan
napak tilas merupakan pemandangan unik dan semarak yang hanya terjadi setahun sekali di
Kota Dawet Ayu.
Setelah rombongan sampai gedung DPRD, mereka akan berjalan kaki perlahan menuju pendopo kabupaten guna melaksanakan prosesi yang ditandai penyerahan Pataka Lambang Daerah dan Bendera Merah Putih dari ketua DPRD kepada Bupati dan Wakil Bupati. Rombongan kirab membawa serta gambar seluruh mantan Bupati (dan wakil Bupati), kemudian iringan gadis berambut panjang, pusaka, serta gunungan grebeg.
Seluruh protokoler, pidato dan sambutan pada prosesi ini menggunakan bahasa aseli banjarnegara-banyumasan.Sementara pakaian yang dikenakan adalah pakaian tradisional khas beskap banyumasan.
Setelah rombongan sampai gedung DPRD, mereka akan berjalan kaki perlahan menuju pendopo kabupaten guna melaksanakan prosesi yang ditandai penyerahan Pataka Lambang Daerah dan Bendera Merah Putih dari ketua DPRD kepada Bupati dan Wakil Bupati. Rombongan kirab membawa serta gambar seluruh mantan Bupati (dan wakil Bupati), kemudian iringan gadis berambut panjang, pusaka, serta gunungan grebeg.
Seluruh protokoler, pidato dan sambutan pada prosesi ini menggunakan bahasa aseli banjarnegara-banyumasan.Sementara pakaian yang dikenakan adalah pakaian tradisional khas beskap banyumasan.
Magnet diluar protokoler prosesi Hari Jadi adalah keberadaan gunungan grebeg yang ditunggu-tunggu masyarakat dan pengunjung atau wisatawan. Gunungan ini merupakan simbol kemakmuran. Saat
gunungan tiba persis di depan gerbang pendopo, maka para pengunjung sontak berebut isi gunungan. Mereka bahkan rela memunguti setiap serpih sayuran maupun bulir biji dan makanan yang berserakan.
Mereka percaya bahwa gunungan itu sakral sehingga makanan maupun remah-remahnya yang bisa dipungut mengandung berkah. Sementara benih dari sayur atau buah-buahan yang bisa ditanam disawah atau ladang akan menambah
kesuburan tanah, bebas dari hama dan kelak menghasilkan panen yang melimpah.
Kirab hari jadi hanya salah satu mata acara. Kegiatan perayaan merangkai pula acara gelar kesenian rakyat, pentas musik , bhakti sosial, donor darah, ziarah ke makam mantan bupati, kompetisi olah raga, sarasehan nilai-nilai budaya, dan evaluasi prestasi pembangunan wilayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar