Kamis, 26 Juli 2012

Mengibarkan Kembali Merah Putih

17-08-1945 di Jalan Pegangsaan Jakarta
17-08-2011 di Istana Negara Jakarta

17-08-2010 di Lap. Kecamatan Pagedongan
17-08-2011 diAlun-alun Kota Banjarnegara


Sebelum saya tahu Merah Putih sebagai Bendera Nasional, saya mengenal dwi warna di kampungku sebagai bubur abang-putih. Ritual membuat bubur abang-putih selalu ada ketika anak yang baru lahir di kampung akan diberi nama. Orang tua pun masih membuatkanya setiap hari pasaran. 

Tradisi itu kini memudar. Tradisi yang makin hilang itu sama persis dengan memudarnya semangat orang-orang dikampungku menyiapkan tiang bambu dan memasang bendera Merah Putih pada hari-hari besar nasional. Mereka bahkan ada yang tidak tahu lagi ukuran tinggi tiang dan panjang-lebar bendera. Mereka pun tidak memiliki secuil kain yang dulu pernah menggetarkan dada para kesuma bangsa.

Jikalau ada sekolah, kantor atau instasi yang masih mengibarkan bendera sobek, usang dan warnanya pudar itupun sisi lain yang memperihatinkan. Mari, di setiap momen menjelang proklamasi kita mengapresiasinya kembali. Memberikan hormat bukan menjadikannya Tuhan. Tapi mengenang bahwa pernah ada jiwa-jiwa pahlawan yang bermoral dan karenanya kita berhutang yang telah mengantar kita bisa menghirup udara kemerdekaan!

Mengibarkan dan menghormati kembali sang Saka Merah Putih adalah mengobarkan dan menghayati kembali kejiwaan dan moralitas para pahlawan kusuma bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar